Selasa, 30 Desember 2014

KRITIK SENI LUKIS DENGAN PENDEKATAN SEMIOTIKA

KRITIK SENI LUKIS DENGAN PENDEKATAN SEMIOTIKA
Oleh : Surya Adi Rahman (2401412038)


I Wayan Juni Antara, Transposisi #1, 20011
130cm x 130cm
Acrilyc and Oil on Canvas

1.       Deskripsi
           I Wayan Juni Antara adalah seorang seniman asal Bali yang menggarap karya Lukisan yang berjudul Transposisi #1 dengan ukuran persegi 130cm x 130cm menghadirkan Subject Metter berupa tokoh film kartun jepang Naruto dan beberapa tokoh wayang dengan gaya Kemasan Klangkung, Rama, putri, pembantu putri, tokoh laksmana.  Naruto digambarkan terlihat sedang  melompat dan akan mengeluarkan jurus ninjanya. Naruto dikomposisikan berada ditengah sedikit ke kanan atas bidang kanvas, pergerakan Naruto terlihat dinamis dengan tatapan mata yang terfokus kepada satu objek. Rupanya Juni Antara juga menghadirkan figur-figur pewayangan dengan gaya wayang desa Kamasan kabupaten Klungkung, Bali. Pada visualnya karya lukis ini dihadirkan dengan posisi kotak-kotak beraturan dan ada juga yang tidak beraturan. Tokoh-tokoh wayang yang dihadirkan mempunyai adegan penceritaan sebagaimana layaknya adegan pada lukisan wayang Kamasan Klungkung, namun dapat dilihat secara nyata pada karya ini tokoh-tokoh wayang yang bercerita disini ditempatkan pada kotak-kotak yang ditempatkan tidak beraturan.
            Terdapat beberapa adegan wayang yang seolah menempel pada background tokoh Naruto.  Warna yang digunakan pada tokoh Naruto menuruti warna tokoh aslinya kemudian pada cerita wayang menghadirkan beberapa warna asli namun ada beberapa warna kontras seperti merah, biru, Jingga, serta hijau. Beberapa bagian tubuh wayang terlihat menyatu dengan latar belakang.
Sikap tokoh Naruto menunjukkan bahwa ia sedang melompat, bentuk mata terlihat focus serta bentuk selendang sebagai ikat kepala yang menjuntai kedepan memberikan bentuk ruang tiga dimensi dengan teknik pencahayaan satu arah. Badan Naruto yang sedang membungkuk serta sikap kaki kanan lebih diatas kaki kiri menegaskan bahasa tubuh yang siap mengeluarkan jurus ninjanya. Bentuk garis-garis lipatan kain pada pakaian yang dikenakan naruto semakin mendukung gerak tubuhnya sehingga seirama dan selaras dengan pergerakan tubuhnya.
 Teknik yang digunakan dalam pembuatan karya ini menggunakan teknik pemaikaian kuas serta pencampuran medium warna yaitu akrilik dan minyak. Secara teknik adanya tekstur minimalis di dalam perwujudan wayang. Pewarnaan latar belakang menggunakan warna biru keunguan dari sudut kanan atas bergradasi secara horizontal menuju kepojok kiri bawah dan berakhir dengan warna yang lebih muda. Warna latar belakang dari wayang kamasan dalam karya Trasposisi #1 sangat kontras dengan warna latar wayang kamasan pada umumnya. Juni Antara menggunakan warna merah pada latar belakang figur wayang. Bentuk-bentuk tradisi dari langit dan awan secara stilisasi juga dihadirkan pada karya ini. Warna-warna khas dari wayang kamasan kurang dihadirkan secara utuh pada karya ini.
Pada bagian-bagian tertentu nampak terlihat adanya bagian menyatu dan menghasilkan warna-warna baru seperti pada tubuh wayang yang berada pada luar kotak menjadi warna kehijauan, sepertinya ini sengaja diciptakan karena pengaruh dari percampuan antara warna biru dan kuning selain itu senimaan juga menggunakan teknik pemotongan.
Secara keseluruhan warna-warna pada lukisan ini dihadirkan dengan kontras. Gradasi warna menunjukkan ke arah menyilang dari kanan atas berwarna gelap ke kiri bawah menjadi terang. komposisi warna dalam lukisan ini menggunakan warna-warna pop. hal ini ditunjukkan dengan perpaduan warna-warna cerah seperti biru muda dan jingga serta warna-warna pendukung lainya. lihat gambar 2.


gambar 2. komposisi warna lukisan Transposisi #1

2.     Denotasi (Sintaksis)
Subject Metter berupa tokoh film kartun jepang Naruto dan beberapa tokoh wayang dengan gaya Kemasan Klangkung dilukiskan secara berdampingan dengan warna yang kontras pada umumnya. Dalam bentuk visual keseluruhan antara penggambaran dua Subject Metter terlihat bertubrukan dan kontras.
Naruto dihadirkan sebagai Naruto yang sesungguhnya, Naruto yang sedang beraksi. Sedangkan wayang atau tokoh wayang yang dihadirkan memang dimaksudkan sebagai sebuah seni tradisi, sebuah lokalitas, khas, bernuansa tradisi Bali dengan bentuknya bergaya Kamasan Klungkung.
Konsep visual yang terlihat dalam karya Transposisi #1 merupakan bentuk modern dan tradisional Indonesia. Pada sisi modern dihadirkan tokoh modern kartun Jepang yaitu Naruto sedangkan pada sisi tradisional diadirkan tokoh-tokoh wayang dengan gaya Kemasan Klangkung. Bentuk wayang masih diadopsi dengan bentuk aslinya, serta bentuk naruto digarap persis tokoh aslinya. Pola-pola kotak-kotak sekilas seperti puzzle yang tersususn tidak beraturan. secara rinci dijabarkan  dalam matriks analisis denotasi dibawah ini.

Matriks Analisis Denotasi
Subjek
Deskripsi Unsur Rupa
Denotasi (Sintaksis)
Tokoh Naruto
Bentuk: Organis
Warna: biru pada mata, lengan baju, kerah dan ikat kepala, hitam pada garis mata dan sepatu, jingga dan merah pada pakaian
Tekstur: kasar dan bergelombang
Garis: tekukkan garis lancip pada ujung rambut, ikat kepala, dan mata. dan siswanya didominasi oleh garis lengkung.
Tokoh kartun jepang dengan kat kepala yang menjuntai ke depan yang berkonsep minimalis, tampak sedang melompat dengan pandangan mata yang tajam dan sigap siap mengeluarkan jurus ninjanya
Tokoh-tokoh wayang
Bentuk: organis
Warna: merah, jingga, biru dan hijau.
Tekstur: Rumit dan kasar
Garis: garis lengkung pada wayang dan garis lurus vertikal serta horizontal pada perpotongan background dengan wayang yang berpetak-petak
figur-figur pewayangan dengan gaya wayang Kamasan Klungkungdihadirkan dengan posisi kotak-kotak beraturan dan ada juga yang tidak beraturan. Tokoh wayang yang dihadirkan ialah punakawan dari pihak protagonis Tualen dan Mredah, dihadirkan pula tokoh Rama, putri, pembantu putri, tokoh laksmana, batu, langit, awan dan pohon yang distilisasi.


3.     Konotasi (Makna Semantik)

Naruto sebagai tokoh kartun jepang menjadi Subjek secara menyeluruhan memberikan makna penguasaan secara global tanpa meninggalkan ketradisian Jepang, dalam konteks ini digunajan Ninja sebagi identitas tradisi Jepang. Tokoh-tokoh serta adegan wayang yang tersusun kotak serta beberapa bagian menyatu dan lepas berkonotasi sebagai sebuah tradisi dengan pakem-pakem aturan-aturan tradisi yang kini mulai dilahap oleh globalisasi serta beberapa bagaian tradisi yang memang sudah menyamar dalam bentuk modern.
Pada adegan wayang dibagi menjadi dua adegan, yang pertama bagian atas merupakan adegan peperangan.  Adegan peperangan pada karya ini dibaca sebagai sebuah usaha untuk memperjuangkan tradisi yang kian ditinggalkan generasi muda kini.
Adegan wayang kedua yaitu di bagian bawah merupakan sebuah adegan yang menghadirkan tokoh-tokoh sorang raja yang sedang bercengkrama dengan putri, permaisuri, serta dayangnya. Disini nampak belum jelas teranalisa apa hubungan dari adegan ini dengan yang adegan wayang di atasnya. namun jika di telaah secara sepintas ketika dua adegan tersebut tidak saling berhubungan pun tidak akan berpengaruh terhadap pemaknaan secara keseluruhan.
            Dari keseluruhan objek yang dihadirkan dapat telaah bahwa adanya konsep-konsep tradisi yang ingin diangkat oleh Seniman. Sebuah hubungan-hubungan yang kontras, namun di balik itu semua adanya harapan bahwa tradisi Bali dihadirkan kembali image baru yang mampu memngglobal namun tetap mempertahankan lokalitas Indonesia Bali. Sebuah benturan antara tradisi dan globalisasi namun masing-masing sudut memiliki sisi tradisi tersendiri hanya saja ada satu sudut yang belum terjamah secara total dan selalu dibayang-bayangi oleh globalisasi. Penempatan kotak-kotak pada sisi kiri bidang lukisan yang masih berkumpul dan beberapa di sisi kanan yang sudah hilang, menunjukkan bahwa sebagian besar pakem-pakem tradisi sudah hilang, digantikan dengan konsep modern. Gradasi warna dapat diartikan sebagai sebuah perubahan zaman, perubahan era, perubahan bentuk, dan lainnya dari tradisional ke bentuk modern namun tetap menerapkan ciri ketradisionalan. secara lebih rinci dejelaskan dalam tabel matriks berikut.


Matriks Analisis Konotasi (Makna Semantik)
Subjek
Deskripsi Unsur Rupa
Denotasi
Makna Sintaksis
Konotasi 1
Makna Semantik
Konotasi 2  Makna Semantik
Konotasi 3
Makna Semantik
Tokoh Naruto
Bentuk: Organis
Warna: biru pada mata, lengan baju, kerah dan ikat kepala, hitam pada garis mata dan sepatu, jingga dan merah pada pakaian
Tekstur: kasar dan bergelombang
Garis: tekukkan garis lancip pada ujung rambut, ikat kepala, dan mata. dan siswanya didominasi oleh garis lengkung.
Tokoh kartun jepang dengan kat kepala yang menjuntai ke depan yang berkonsep minimalis, tampak sedang melompat dengan pandangan mata yang tajam dan sigap siap mengeluarkan jurus ninjanya
Naruto sebagai tokoh kartun jepang menjadi Subjek secara menyeluruhan memberikan makna penguasaan secara global tanpa meninggalkan ketradisian Jepang, dalam konteks ini digunajan Ninja sebagi identitas tradisi Jepang.
Naruto sebagi identitas tradisi Jepang tampak menguasai bidang lukisan menunjukkan keunggulan eksistensi yang lebih ketimbang wayang yang notabenya sebagai tradisi indonesia Bali. adegan wayang yang tersusun kotak serta beberapa bagian menyatu dan lepas sebuah tradisi dengan pakem-pakem tradisi yang kini mulai dilahap oleh globalisasi.

Naruto Sebagai simbol  tradisi jepang mampu menunjukkan eksistensinya ditengah perang globalisasi dan mulai melahap tradisi-tradisi kuno Indonesia yaitu wayang Bali misalnya.
Tokoh-tokoh wayang
Bentuk: organis
Warna: merah, jingga, biru dan hijau.
Tekstur: Rumit dan kasar
Garis: garis lengkung pada wayang dan garis lurus vertikal serta horizontal pada perpotongan background dengan wayang yang berpetak-petak
figur-figur pewayangan dengan gaya wayang Kamasan Klungkungdihadirkan dengan posisi kotak-kotak beraturan dan ada juga yang tidak beraturan. Tokoh wayang yang dihadirkan ialah punakawan dari pihak protagonis Tualen dan Mredah, dihadirkan pula tokoh Rama, putri, pembantu putri, tokoh laksmana, batu, langit, awan dan pohon yang distilisasi.
Tokoh-tokoh serta adegan wayang yang tersusun kotak serta beberapa bagian menyatu dan lepas berkonotasi sebagai sebuah tradisi dengan pakem-pakem aturan-aturan tradisi yang kini mulai dilahap oleh globalisasi serta beberapa bagaian tradisi yang memang sudah menyamar dalam bentuk modern.







4.     Konotasi Akhir
Setelah melakukan analisis dari setiap subjek yang terdapat pada lukisan ini dapat diketahui titik interpretasinya, bahwa konten yang ingin disampaikan pada apresiator yakni terkait dengan tradisi indonesia pada umumnya dan bali pada khususnya yang mulai lenyap termakan era global. Melihat judul Transposisi #1 merupakan karya yang mempertemukan bentuk rupa tradisional dengan modern. Bentuk visual wayang serta Naruto secara gamblang menampilkan dua kutub yang berbeda. Penafsiran terhadap unsur rupa tradisional dan modern globalisasi menjadi wacana yang ingin diangkat oleh perupa I Wayan Juni Antara. Kegelisahannya terhadap seni tradisi seperti wayang digarap secara unik dengan mengkotak-kotakkan tubuh wayang yang memberikan gambaran bahwa seni tradisi yang masih terbelenggu oleh pakem-pakem tradisional Bali dan pada era globalisi ini telah didominasi oleh tayang-tayangan kartun Jepang.

Matriks Analisis Konotasi (Makna Semantik)
Subjek
Deskripsi Unsur Rupa
Denotasi
Makna Sintaksis
Konotasi 1
Makna Semantik
Konotasi 2  Makna Semantik
Konotasi 3
Makna Semantik
Konotasi Akhir Pragmatik
Tokoh Naruto
Bentuk: Organis
Warna: biru pada mata, lengan baju, kerah dan ikat kepala, hitam pada garis mata dan sepatu, jingga dan merah pada pakaian
Tekstur: kasar dan bergelombang
Garis: tekukkan garis lancip pada ujung rambut, ikat kepala, dan mata. dan siswanya didominasi oleh garis lengkung.
Tokoh kartun jepang dengan kat kepala yang menjuntai ke depan yang berkonsep minimalis, tampak sedang melompat dengan pandangan mata yang tajam dan sigap siap mengeluarkan jurus ninjanya
Naruto sebagai tokoh kartun jepang menjadi Subjek secara menyeluruhan memberikan makna penguasaan secara global tanpa meninggalkan ketradisian Jepang, dalam konteks ini digunajan Ninja sebagi identitas tradisi Jepang.
Naruto sebagi identitas tradisi Jepang tampak menguasai bidang lukisan menunjukkan keunggulan eksistensi yang lebih ketimbang wayang yang notabenya sebagai tradisi indonesia Bali. adegan wayang yang tersusun kotak serta beberapa bagian menyatu dan lepas sebuah tradisi dengan pakem-pakem tradisi yang kini mulai dilahap oleh globalisasi.

Naruto Sebagai simbol  tradisi jepang mampu menunjukkan eksistensinya ditengah perang globalisasi dan mulai melahap tradisi-tradisi kuno Indonesia yaitu wayang Bali.

Sebuah benturan antara tradisi dan globalisasi.
Tokoh-tokoh wayang
Bentuk: organis
Warna: merah, jingga, biru dan hijau.
Tekstur: Rumit dan kasar
Garis: garis lengkung pada wayang dan garis lurus vertikal serta horizontal pada perpotongan background dengan wayang yang berpetak-petak
figur-figur pewayangan dengan gaya wayang Kamasan Klungkungdihadirkan dengan posisi kotak-kotak beraturan dan ada juga yang tidak beraturan. Tokoh wayang yang dihadirkan ialah punakawan dari pihak protagonis Tualen dan Mredah, dihadirkan pula tokoh Rama, putri, pembantu putri, tokoh laksmana, batu, langit, awan dan pohon yang distilisasi.
Tokoh-tokoh serta adegan wayang yang tersusun kotak serta beberapa bagian menyatu dan lepas berkonotasi sebagai sebuah tradisi dengan pakem-pakem aturan-aturan tradisi yang kini mulai dilahap oleh globalisasi serta beberapa bagaian tradisi yang memang sudah menyamar dalam bentuk modern.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar